Hellaw dear^^
Maafkeun pagi-pagi udah ngeblog, wkwk. Kali ini di postingan ketiga aku akan memberitahu kalian tentang kehidupan manusia purba pada masa bercocok tanam. wkwk, maklum ya anak IPS jadi bahasannya yang beginian. hmm
Fokus yaaa...
i.
Masa Bercocok Tanam
Setelah kehidupan masa berburu dan meramu pola pikir
manusia purbapun berubah dari yang tadinya food gathering menjadi food
producing. Setelah manusia bertempat tinggal menetap dan bermukim, mereka
mengenal bercocok tanam. Mereka mulai menanam jenis tanaman yang menghasilkan
bahan makanan.
a. Kondisi
Lingkungan Alam
Kemampuan
berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Kehidupan
bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma
adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan huta untuk ditanami.
Setelah tanah tidak subur, mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain.
Lemudian, mereka mengulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya. Namun,
dalam perkembangan berikutnya manusia mulai memikirkan kembali untuk hidup
menetap dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan
kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.
b. Kehidupan
Sosal
Kehidupan
sosial masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup
pesat. Konsep atau cara masyarakat purba yang selalu berpindah-pindah mulai
diubah menjadi menetap. Pada masa ini masyarakat puba mulai mengenal bercocok
tanam dan mengolah alam sesuai kebutuhan anggota kelompok dan koloninya. Hal
ini membuat hubungan antara manusia di dalam kelompok masyarakatnya semakin
erat.
Kehidupan
sosial yang dilaksanakan oleh masyarakat pada masa ini terlihat melalui cara
bekerja dengan bergotong royong. Contohnya ialah bekerja di sawah, merambah
hutan, dan mebangun rumah untuk tempat tinggal. Pembagian pekerjaan juga sudah
mulai dikenal pada masa ini. Kaum pria bertugas membuat ladang sedangkan
perempuan menabur benih. Pola hidup menetap membuat hubungan sosial masyarakat
terjalin dan terorganisir dengan lebih baik. Dalam perkumpulan masyarakat
terdapat seorang pemimpin yang sangat dipercaya dan diataati biasanya disebut
kepala suku. Pada masa ini pula terjadi perkembangan bahasa.
c. Kehidupan
Ekonomi
Kebutuhan
tempat tinggal dipenuhi dengan membuat tempat tinggal sederhana dan kecil yang
beratapkan daun-daun. Sedangkan untuk kebutuhan makanan dipenuhi dengan
bercocok tanam dan beternak. Tetapi, setiap anggota kelompok tidak dapat
memenuhi kebutuhan makanannya yang mulai bertambah. Oleh karena itu, mereka
menjalin hubungan dengan masyarakat di luar daerahnya. Dengan kenyataan seperti
itu, maka perlu diadakan sistem perkuran barang yaitu sistem barter. Sistem
barter inilah menjadi awal munculnya sistem perdagangan atau perekonomian dalam
masyarakat.
d. Kehidupan
budaya
Peninggalan-peninggalan
kebudayaan manusia pada masa ini semakin banyak dan beragam, baik hasil
kebudayaan dari tanah liat, batu, maupun tulang. Hasil-hasil kebudayaan
masyarakan pada masa bercocok tanam adalah sebagai berikut:
1. Beliung
Persegi bentuknya mirip cangkul, namun tidak selebar dan sebesar cangkul zaman
sekarang. Beliung persegi digunakan untuk mengolah kayu. Daerah tempat penemuannya
antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Batu api
dan chalcedon merupakan bahan yang dipakai untuk membuat kapak persegi.
2. Kapak
Lonjong berbentuk bulat telur dengan penampang lintang lonjong. Ujung agak
lancip dikaitkan di tangkai, bagian ujung yang bulat diasah sampai tajam. Bahan
yang digunakan adalah batu kali yang warnanya kehitaman. Cara pembuatannya
adalah dengan diupam sampai halus. Ada dua ukuran kapak lonjong yaitu kapak
lonjong ukuran besar disebut dengan walzeinbeil dan kleinbel untuk ukuran
kecil. Kapak lonjong ini ditemukan di Maluku, Papua, dan sebagian daerah
Sulawesi Utara.
3. Mata
panah merupakan salah satu dari perlengkapan berburu dan menangkap ikan. Mata
panah untuk menangkap ikan dibuat bergerigi seperti mata gergaji dan umumnya
dibuat dari tulang.
4. Gerabah
terbuat dari tanah liat yang dibakar. Alat itu digunakan sebagai tempat
menyimpan benda-benda perhiasan dan makanan. Adanya penemuan gerabah tersebut
menjelaskan bahwa manusia purba pada masa ini telah mengenal api.
5. Perhiasan
dibuat dari bahan-bahan yang mudah dicari di sekitar tempat tinggalnya. Bagi
yang tinggal di pantai, mereka membuat perhiasan dari kulit kerang. Ada pula
hiasan yang terbuat dari terrakota, yaitu tanah liat yang dibakar seperti
membuat gerabah. Sedangkan hiasan yang dibuat dari bahan batu berupa gelang,
kalung, dan beliung.
6. Pakaian
terbuat dari bahan yang berasal dari kulit kayu. Daerah tempat penemuannya
adalah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Pada derah-daerah tersebut ditemukan
alat pemukul kulit kayu. Kulit kayu yang sudah dipukul-pukul menjadi bahan
pakaian yang akan dibuat.
e. Sistem
Kepercayaan
Sistem
kepercayaan juga mengalami perkembangan. Manusia purba pada masa berburu dan
meramu hanya mengenal kepercayaan penguburan maka. Di masa ini manusia purba
sudah mengenal kepercayaan terhadap hal gaib. Ada tuga macam kepercayaan yang
dianut oleh manusia zaman itu, sebagai berikut:
1. Animisme
adalah sistem kepercayaan yang menyatakan bahwa roh (jiwa) itu tidak hanya
berada pada makhluk hidup saja, namun roh juga berada pada benda-benda
tertentu. Roh-roh tersebuat seperti di pohon, gua dan laut. Agar terjalin
hubungan antara yang hidup dengan yang mati atau gaib maka diadakan sesajen.
2. Dinamisme
adalah suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan
yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup.
3. Totemisme
adalah kepercayaan yang mempercayai bahwa binatang-binatang tertentu mempunyai
roh suci ata jahat. Anggapan tersebut membuat manusia purba merasa takut dan
menghargai binatang-binatang tersebut.
Kepercayaan di atas dilakukan dengan
upacara. Dari upacara yang dilakukan oleh manusia purba, akhirnya diperoleh
peninggalan beberapa alat upacara, yakni:
1. Menhir
adalah tugu batu atau tiang untuk menyembah atau menghormati roh-roh nenek
moyang.
2. Dolmen
berwujud seperti meja batu yang terdiri atas meja besar yang ditopang oleh
beberapa batu yang lebih kecil. Fungsi dolmen adalah tempat meletakkan sesajen
untuk menghormati nenek moyang dan di beberapa daerah digunakan sebagai peti
mati.
3. Kubur
batu adalah kotak yang tersusun atas empat lempengan batu besar atau lebih yang
digunakan sebagai tempat mayat.
4. Sarkofagus
adalah tempat mayar yang terbuat dari dua buah batu besar mirip lesung.
5. Waruga
adalah kubur batu yang berukuran kecil berbentuk kubus atau bulat.
6. Punen
Berundak terbuat dari kepingan batu yang tersusun bertingkat-tingkat. Punden
Berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.